Legenda Hutan Jati Masin
https://isk-kudus.blogspot.com/2014/10/legenda-hutan-jati-masin.html
KUDUS-Latar Belakang Masalah Dalam apa yang disebut Legenda Hutan Jati Masin, diceritakan betapa Sunan Muria mempunyai banyak murid, yang bukan hanya belajar ilmu agama, melainkan juga berkesenian dan olah kanuragan. Murid-muridnya datang ke Colo dari berbagai tempat seperti Tayu, Pati, dan Pandanaran yang kini disebut Semarang, dari daerah inilah datang berguru Raden Bagus Rinangku. Syahdan, karena sang pemuda tampan dan sakti, putrinya yang bernama Raden Ayu Nawangsih saling jatuh hati dengan pemuda tersebut. Adapun Sunan Muria ternyata tidak merestuinya, karena telah memilih Kyai Cebolek sebagai menantu. Sampai di sini, kita saksikan suatu manuver yang sering ditemukan dalam legenda Jawa: Sunan Muria menugaskan Bagus Rinangku untuk menumpas para perusuh, yang merampok dan membunuh di
sekitar Muria, tentu maksudnya agar Bagus Rinangku perlaya di tangan mereka.
Namun ternyata pemuda Pandanaran ini bukan hanya berhasil membasminya, melainkan juga membuat salah seorang di antaranya bertobat dan memperdalam ilmu agama. Kelak mantan perampok ini terkenal sebagai Kiai Mashudi. Melihat dari sekulumit perjalanan di atas, maka penulis ingin memahami lebih dalam mengenai sejarah Raden Ayu Nawangsih dengan Raden Bagus Rinangku yang ada di Dukuh Masin Desa Kandangmas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. B. Pembahasan Sunan Muria adalah salah seorang anggota dari Walisongo yang menyebarkan agama Islam didaerah Kudus tepatnya di Desa Colo Kecamatan Dawe dan Colo juga dikenal dengan Lereng Gunung Muria.
Sebagai seorang muballigh yang terkenal karena ilmu dan kesaktian yang dimiliki, maka beliau mempunyai banyak murid yang ingin berguru atau mencari ilmu (ngangsu kaweruh) kepada Sunan Muria. Raden Bagus Rinangku adalah salah seorang dari murid Sunan Muria yang terkenal paling cerdas, cakap juga tampan rupanya, dan karena kelebihan yang dimiliki ini, Raden Ayu Nawangsih salah seorang putri Sunan Muria jatuh cinta kepada Raden Bagus Rinangku, bahkan mereka telah saling berjanji akan mengarungi hidup bersama meskipun halangan dan rintangan datang menghadang. Sunan Muria mengetahui hal ini dan bermaksud untuk menggagalkan maksud dari dua muda-mudi yang sedang kasmaran ini, karena Sunan Muria telah berjanji pada seorang muridnya yang bernama Kyai Cebolek untuk menjodohkan Raden Ayu Nawangsih dengan dirinya. Untuk melaksanakan rencana ini, Sunan Muria menyiapkan berbagai tugas berat untuk Raden Bagus Rinangku dengan harapan dia gagal melaksanakan tugas itu dan mengurungkan niatnya untuk bersatu dengan Raden Ayu Nawangsih karena dia merasa malu kepada Sunan Muria.
Salah satu rencana dari Sunan Muria adalah dengan memerintah Raden Bagus Rinangku untuk membasmi geromblan pengacau atau perusuh yang sering merampok dan merampas harta penduduk, dan bila Raden Bagus Rinangku maka dialah justru yang menjadi korban keganasan perusuh dan matilah Raden Bagus Rinangku. Namun perkiraan Sunan Muria meleset karena Raden Bagus Rinangku berhasil melaksanakan perintah bahkan telah menyadarkan salah seorang anggota perusuh untuk bertobat. Mengetahui rencananya gagal, Sunan Muria telah menyiapkan rencana yang lain. Tugas berat kedua yang diperintahkan Sunan Muria kepada Raden Bagus Rinangku adalah memerintahkan dia untuk menjaga burung (tunggu manuk) agar tidak memakan padi yang sudah menguning di sawah yang berada jauh dari Colo atau tepatnya di Dukuh Masin (sekarang Dukuh Masin masuk Desa Kandang Mas Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus). Suatu hari Sunan Muria mengecek apakah
Raden Bagus Rinangku telah melaksanakan tugasnya dengan baik, namun ternyata Raden Bagus Rinangku
melalaikan tugasnya dengan membiarkan burung-burung bebas memakan padi yang sudah menguning dan yang lebih membuat Sunan Muria marah adalah karena Raden Bagus Rinangku tertangkap basah sedang memadu kasih dengan Raden Ayu Nawangsih. Melihat hal ini Sunan Muria marah besar dan Raden Bagus Rinangku segera memohon maaf kepada Sunan Muria, dan berjanji sanggup mengembalikan padi- padi yang telah dimakan burung-burung tersebut pada keadaan semula. Dengan kesaktian dan ijin dari Tuhan, maka
kembalilah padi-padi itu pada keadaan semula. Sunan Muria semakin marah dengan apa yang dilakukan Raden Bagus Rinangku, karena telah memamerkan kesaktian yang dimilki kepada Gurunya. Karena merasa tersaingi, maka Sunan Muria menarik panahnya dan diarahkan ke Raden Bagus Rinangku dengan maksud untuk menakut- nakutinya, namun anak panah itu melesat dan menembus perut Raden Bagus Rinangku tembus sampai punggungnya, dan tewaslah Raden Bagus Rinangku.
Melihat kejadian ini, Raden Ayu Nawangsih menagis meraung-raung dan segera menubruk tubuh Raden Bagus Rinangku yang tertelungkup di tanah. Anak panah yang menembus punggung Raden Bagus Rinangku itu menembus pula perut Raden Ayu Nawangsih, dan tewaslah Raden Ayu Nawangsih di hadapan Ayahnya. Jenazah kedua muda-mudi ini pun dimakamkan diatas sebuah bukit dimana keduanya memadu kasih. Kematian muda-mudi ini amat menggemparkan penduduk sekitar Masin. Para pelayat yang ikut mengantarkan jenazah kedua muda-mudi ini tertegun berdiri terpaku, keharuan mencekam mereka yang berduka ketika mendengarkan nasehat Sunan Muria. Setelah jenazah selesai dikuburkan, para pelayat masih meratapi nasib kedua muda-mudi itu, dan Sunan Muria berkata “ah bagaikan pohon jati saja engkau semua, berdiri terpaku tak bergerak dibukit”. Ketika itu pula semua pelayat berubah menjadi pohon jati. Hingga sekarang pohon jati itu masih ada dan pohon-pohon jati itu dikeramatkan oleh penduduk sekitar makam Raden Bagus Rinangku dan Raden Ayu Nawangsih.
Dikutip dari: Supartono salah satu pengurus Punden Masen
@Rya