Ngasirah Dalam Perspektif Modern


Ngasirah Dalam Perspektif Modern
Oleh : Erwin Tan
Ngasirah merupakan sosok wanita yang jauh dari hiruk pikuk pembahasan akulturasi sejarah
Bahkan Banyak yang tidak mengenal sosok beliau
Karena memang sedikit sekali referensi sejarah yang menulis tentang Ngasirah ini

Ngasirah yang melahirkan Kartini pada 21 April 1879. Waktu itu ayah Kartini, Sosroningrat, masih wedana. Tapi ketika diangkat jadi bupati, ia menikah dengan Raden Ajeng Moerjam, keturunan bangsawan Madura. Moerjam-lah yang kemudian menjadi raden ayu Bupati Jepara, bukan Ngasirah yang telah melahirkan delapan anak.

Ngasirah, anak kiai yang pedagang kopra dari Desa Mayong, Jepara, tergusur. Dia hanya seorang selir dan tidak berhak tinggal di rumah utama kabupaten. Ia harus memanggil anak-anaknya sendiri ndoro (majikan), sementara mereka memanggil dirinya yu (panggilan untuk orang kebanyakan atau kakak perempuan).

Bahkan Ngasirah masih harus merangkak-rangkak dan membungkuk-bungkuk di depan putra-putrinya sendiri.Persoalan Ngasirah ibu kandung Kartini baru muncul setelah pada 1954 H. Boumen menyebutnya secara eksplisit.

Namun dalam perspektif Modern Pola didikan Ngasirah dalam mengasuh anak patut kita jadikan referensi untuk mampu memberi cara pandang pada nilai kemandirian anak anaknya.Diantaranya yang menonjol adalah wartawan New York Time dari Indonesia yakni R.Sosrokartono dan RA Kartini.

Kita butuh pola baru memberikan cara pandang pengasuhan yang mampu mengubah paradikma masyarakat tentang "Kesuksesan"masa depan anak anak bukan hanya dari tingginya perolehan prestasi akademis namun bagaimana kemandirian ini muncul dari tata cara memaksimalkan Potensi diri agar mampu meyakinkan diri menghadapi Era Kehidupan yang Multi Dimensi.

Referensi : Dari Berbagai Sumber 
Salam 
Admin

Related

Sejarah 8835229858217322228

Posting Komentar

emo-but-icon

New

No.Penting

Fb

Twitter

IKLAN

SLIDER IKLAN

MINI IKLAN

Facebook

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

item