Ramadan sebagai Cermin bagi Diri Kita
https://isk-kudus.blogspot.com/2014/08/ramadan-sebagai-cermin-bagi-diri-kita.html
INFO SEPUTAR KUDUS - Ramadan sebagai Cermin bagi Diri Kita
Kudus - ISK -Meskipun ramadan telah berlalu satu bulan silam, bukan berarti nilai-nilai ramadan telah hilang. Mulai dari jiwa dan pikiran, perkataan, hingga implementasi dalam perbuatan dan kebiasaan perilaku hasil gemblengan ramadan hendaknya tetap terjaga dengan baik. Itulah talk show bertema ‘Ramadan Never Ending’ yang digelar Idola 92,6 FM di Hotel Holiday Inn Semarang, Selasa (26/8).
Bupati Kudus H. Musthofa yang turut hadir sebagai pembicara menyampaikan bahwa kalau berbicara tentang puasa, dirinya mengaku sudah sejak kecil terbiasa dengan hidup sederhana. Sehingga puasa yang bertujuan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama yang kurang beruntung secara ekonomi, telah dirasakannya. Makna lain ramadan menurutnya adalah sebagai kontrol dan cermin dalam kepemimpinannya.
”Ramadan adalah sebagai cermin bagi diri saya. Dari sana kita akan tahu apa yang masih kurang dari semua yang sudah saya lakukan untuk masyarakat,” papar bupati di acara bertajuk Journey to Success itu.
Kontrol semacam inilah yang sangat diperlukan baginya. Karena bisa dijadikan parameter sebagai pribadi dan sebagai kepala daerah. Tidak akan mungkin program-program yang telah digagasnya berjalan sempurna tanpa cela. Tentunya masih banyak sisi-sisi yang harus mendapatkan evaluasi untuk perbaikan. Hal ini terus dilakukannya secara berkesinambungan tanpa menunggu saat tertentu (ramadan) saja.
”Berbicara tentang ramadan, bukan hanya urusan dengan Allah (tuhan) saja. Tetapi hubungan dengan manusia tidak boleh dilupakan,” tambahnya.
Hasil pembelajaran ramadan selama satu bulan itu, hendaknya bisa terimplementasi di sebelas bulan yang lain. Bupati yang tak kenal lelah berupaya meningkatkan kesejahteraan warganya itu, terus memutar otak dengan berbagai gagasannya. Seperti yang dilakukannya beberapa waktu silam, pedagang kaki lima (PKL) mendapatkan tempat istimewa dengan acara berlabel gebyar PKL.
Kudus sebagai surganya PKL. Demikian dikatakannya mengingat betapa PKL dengan nyaman berdagang di Kudus. Tetapi, menurutnya, praktik nilai-nilai agama harus tetap dijalankan. Yakni dengan tetap menjaga kebersihan. Implementasi lain dari pelajaran ramadan, yaitu tentang transparansi dan menghilangkan sekat antara pimpinan dengan rakyat. Sambang desa, tilik desa, dan safari jumat sebagai bukti nyata kedekatan itu.
Pembicara lain yang hadir di acara itu adalah budayawan Prie GS dan akademisi Prof. Purwanto dan Undip. Prie GS mengedepankan konsep ‘self talk’. Yang dimaksudkan bahwa segala sesuatu tergantung dari yang ada di dalam pikiran (mind set) kita. Semua hal akan bermakna dengan baik jika kita mampu memaknai secara baik, dan sebaliknya. Jadi pelajaran dari ramadan akan menumbuhkan pikiran positif dalam diri.
Sedangkan Prof. Purwanto mengambil makna ramadan untuk kesalehan sosial. Dengan kepribadian yang terbentuk hasil ramadan, manusia akan berbuat baik terhadap siapa saja, termasuk alam. Sebagai contoh kecilnya adalah praktik dalam membuang sampah di tempat yang semestinya. Karena inilah implementasi sebagai bagian dari keimanan kita terhadap tuhan. (*)